MENGUNTAI TAKDIR DALAM MENULIS BUKU DARI KARYA ILMIAH
Teras Praja dalam Angan, 17 Januari 2023
Aku melihat pimpinan yang disetir bawahan, memakan banyak korban, fitnah, kata-kata kasar nan keji berseliweran. Di KBMN, aku banyak belajar untuk ikhlas dalam bentuk tulisan. Tulisan yang terarah, penuh dengan makna yang cantik dan menarik, terlihat dari berbagai sudut dan segi. Butuh kecerdasan yang memiliki ketinggian dalam hal tingkatan. Dengan ilmu yang kudapat dari KBMN, kritik nan cantik terasa sedikit ringan kulukis dalam bentuk warna beraneka, yang riil pilihan diksi yang rupawan seperti apa pimpinan yang terpampang nyata kulihat di depan mata. Ah, biarlah.
Di materi keempat ini, berat nian menulis buku dari karya tulis ilmiah. Istimewa memang, aku pun tak pernah membayangkannya. Tapi Pak Eko Daryono paten dan keren. Pembawaan beliau menyampaikan materi begitu mudah untuk dipahami, dan memancing siapa pun untuk mencoba seperti beliau, kalimatnya mudah dipahami, selaras nian dengan moderator Bu NDY, semakin paham dan memperkaya wawasan. Terima kasih untuk beliau berdua.
Senin malam Selasa, 16 januari 2023, aku baru tahu dari Pak Eko Daryono sebagai narasumber, bahwa kita bisa menulis buku dari karya ilmiah. Kita juga banyak belajar tentang standar isi buku, jenis-jenis KTI lalu bagaimana sebuah karya tulis ilmiah bisa dikonversi menjadi buku, dan masih banyak lagi yang lainnya. Dari Bu NDY, aku juga jadi semangat dari kata-kata motivasi beliau yang dikutip dari John Maxwell yang belum pernah kutahu sama sekali (sungguh gambaran wawasan Bu NDY yang luas), yang menggambarkan passion sebagai ' the fuel for will', bahan bakar untuk kemauan. Jadi, flashback, teringat materi Bunda Sri Sugiastuti, sosok yang sangat menginspirasi. Menjadikan Menulis sebagai Passion. Intinya, di mana ada kemauan, di situ ada jalan, asalkan penuh keikhlasan untuk mau belajar, maka akan ada kemudahan dan lama-lama akan menjadi kebiasaan, semakin tajam dan terasahlah kepekaan. Kepekaan sosial, kepekaan tanggapan melihat lingkungan sekitar, kepekaan perasaan (bukan sensi loh yaa). Sungguh nikmat nian menulis itu.
Materi keempat ini, membuatku lupa tentang perasaanku yang sedikit sakit bahwa pimpinan tak bijak menyikapi kondisi. Intinya, aku tak lupa untuk selalu bersyukur, Si Ragil tetap semangat sekolah meski pulang sendiri, tanpa ada aku di sisinya. Stay healthy and strong ya nak. Bersamamu, KBMN, haturnuhun, takdir sudi mempertemukan kita. Fitnah yang tercipta dari antarteman, yang mengubah persahabatan jadi permusuhan . Begitulah saat manusia gila jabatan, menginjak kepala orang tanpa peduli teman atau bukan. Politik yang kejam ternyata tak hanya ada dalam pemerintahan, tapi juga dalam pendidikan. Mencutik orang-orang yang dianggapnya ancaman atas kedudukan. Sungguh pikiran yang picik untuk orang yang hanya bisa menjilat pimpinan.
Comments
Post a Comment