PROOFREADING ? SEBERAPA PENTING ?

                                             


Dalam lelah penuh keluh kesah, 5 Februari 2023


Seberat apa pun beban hidup yang kurasakan, aku tak pernah lupa untuk bersyukur bahwa aku dan keluargaku baik-baik saja, sehat, dan tetap semangat melalui hidup. Terutama bagiku, aku masih mau untuk terus belajar dan belajar. Dan yang kurasakan di materi ke 12 ini, semakin kesini jadi semakin kesana, hihihi. Artinya, aku semakin menyadari bahwa sesungguhnya aku tak tahu apa-apa, nyata, ilmuku belum apa-apa, dan aku beruntung dipertemukan dengan orang-orang yang begitu ikhlas mau berbagi ilmu. Mereka orang-orang hebat yang sangat peduli tentang literasi, tentang bahasa, tentang kepedulian kita untuk menulis demi kemajuan diri dan bangsa. Aku teringat kata-kata bijak anoname, bahwa 'Lebih baik pers tanpa negara, daripada negara tanpa pers'. Kalimat itu baru kurasakan kebesaran dan kebenarannya sekarang, aku jadi merasa terpengaruh dan sangat membenarkan kalimat itu. Karena saat kita menulis, sama halnya kita menghargai waktu yang berlalu, merespon apa yang kita alami dan tak membiarkannya berlalu begitu saja, tapi akan membekas saat kita menuangkannya dalam bentuk tulisan. Momen penting yang takkan terlewatkan. Dan bagiku, momen penting itu saat aku belajar bersamamu, KBMN, ini akan menjadi perjalanan bersejarah dalam hidupku yang takkan mungkin terulang lagi. Kalau toh momen ini terulang, rasanya pasti akan sangat berbeda. Terima kasih KBMN, telah menjadi bagian dari perjalanan hidupku, Muach !

Jumat malam Sabtu, 3 Februari 2023 pukul 19.00, materi ke 12 di KBMN Gelombang 28 ini membuatku semakin mencintai bahasa Indonesia. Temanya tentang Proofreading Sebelum Menerbitkan Tulisan, ada istilah asing yang kurang familiar di telingaku, tapi maknanya sangat dalam. Karena menurutku sangat mencerminkan betapa kecintaan kita terhadap bahasa negara kita, begitu teliti, cermat dan hati-hati. Kita dituntut untuk membaca banyak referensi walau hanya untuk mencari kebenaran suatu ejaan kata. Sungguh luar biasa narasumber pada materi kali ini, yaitu Bapak Susanto, S.Pd. Kita dituntut tak hanya menulis saja, tapi perlu adanya ketelitian dalam hal sekecil-kecilnya karena bagaimana pun juga tulisan kita akan dibaca oleh orang lain. Karena itu adalah bentuk manifes kebudayaan, manifes bahasa yang akan menjadi kebiasaan, karenanya harus benar dan teliti. Dan ini, hanya bisa dilakukan oleh orang yang peduli. 

Kemudian, kalimat awal yang disampaikan Bu Helwiyah sebagai moderator begitu memotivasi. Penuh harapan agar materi kali ini menginspirasi untuk memotivasi diri mewujudkan mimpi menjadi penulis sejati. Aamiin. Terima kasih Bu. Lebih lanjut Bu Helwiyah menyampaikan kata-kata mutiara yang sangat dalam maknanya, yaitu ' Bagi pemikir, buah pikirnya hanya akan bersemayam dalam pikiran jika tak diucapkan dan ditulis. Bagi pembicara, pembicaraannya hanya akan menguap lewat suara bila tak dituliskan. Bagi penulis, tulisannya akan tersimpan dalam catatan jika tak dipublikasikan. Bagi penulis media, tulisannya akan tertimpa materi tulisan lain jika tak dibukukan. Maka, ucapkan dan tuliskan yang ada dalam pikiran. Publikasikan dan bukukan apa yang sudah ditulis agar banyak orang yang dapat membacanya. Abadi dalam bentuk kumpulan buah pikiran yang tertulis dan tersusun rapi dalam sebuah buku. Aduuuhhh, jleb nian untuk kalimat yang terakhir ini Buu. Karena membuat buku itu suesaah loh. Butuh kekuatan lahir batin, apalagi kalau tidak dibimbing dan disupport. Untunglah aku dibimbing dan disupport oleh wanita yang luar biasa, Bu Aam, beliau asyik orangnya dan sabar luar biasa. Makasih Bu Aam. 

Pertanyaan demi pertanyaan yang saya baca di WAG KBMN materi ke 12, membuatku semakin paham tentang istilah proofreading, yaitu proses peninjauan kembali sebuah teks dilihat dari aspek kebahasaan dan penulisannya. Tujuannya adalah guna mengecek kembali bahwa teks atau esai yang akan diserahkan sudah bebas dari kesalahan pengetikan (typo), kesalahan ejaan, kesalahan grammar, atau kesalahan-kesalahan mendasar lainnya. Proofreading ternyata berbeda dengan editor, karena editor memeriksa lebih dari itu, karena menyesuaikan dengan misi perusahaan penerbitan, standar tulisan. Ada kalimat penekanan yang disampaikan oleh narasumber bahwa jangan sekali-kali melakukan proofreading ketika tulisan belum selesai atau belum jadi hingga paragraf terakhir. Dan banyak lagi tips lain yang diberikan Pak DSus (panggilan akrab Pak Susanto) tentang langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum menerbitkan sebuah tulisan. Ini adalah bekal yang sangat berharga bagiku, apalagi aku adalah seorang pendidik yang setiap perkataannya didengar dan bahkan ditiru oleh siswa.  

Comments

Popular posts from this blog

MENULIS BIOGRAFI

MARI BERPUISI