DIKSI DAN SENI BAHASA, MENAMBAH RASA DALAM KARYA


 Aku merindukan lantunannya, 18 Februari 2023


Jumat pagi, 17 Februari 2023 pukul 06.30, kami semua warga sekolah wajib berkumpul di lapangan dalam rangka memperingati Isra Mi'raj. Acara dibuka dengan lantunan marawis yang dimainkan oleh murid yang tergabung dalam ekskul marawis dari semua jenjang, baik kelas 7, 8 maupun 9. Sejak aku dimutasi, ini adalah kali pertama aku mendengarkan sholawat dalam marawis lagi, betapa rasa rindu dan haru menelusup di dalam hatiku. Kupejamkan mata sekuatku agar bulir-bulir bening ini tak mengalir. Mutasi ini benar-benar telah mencabut semua kenikmatan yang kurasakan. Saat yang indah berlatih bareng muridku untuk bermarawis ria di sekolah yang lama, terbayang di pelupuk mata, di rumah pun aku mengulanginya. Bait-bait yang indah dalam sholawat sungguh mempesona, aku suka. Tapi kini, aku tak pernah lagi, separuh dari hidupku telah hilang terbawa angin, hanya sayup-sayup sisa kenangan yang tiba-tiba hadir lagi, berat nian hembusan napasku menahan kangen. aku ingin bersholawat lagi. Melantunkannya dalam marawis yang kini samar-samar tak mampu kuraih lagi, aku lupa. 

Pulang sekolah, di rumah, anakku yang ragil bilang 'Yeeaa, Mama sholawatan lagi !'.  Laaah??? Rupanya dia memperhatikan mamahnya. Kami pulang sekolah bareng, dia ke sekolahku dulu, lalu di jalan aku bercerita tentang pagi itu, dan aku bersenandung kecil, dia menirukannya, dan komentar seperti itu. Hmmm, dasar anak-anak, polos. Tapi responnya cukup membuatku terkesiap, hehehe. 

Malamnya, seperti biasa aku belajar bersama KBMN kuh. Tak terasa sudah pertemuan ke 18 saja, Alhamdulillaaah. Tapi malam ini aku benar-benar menantikan kehadiranmu KBMN, karena kau adalah teman terbaikku di saat-saat seperti ini, saat sedih karena merindukan lantunan yang kini hadir lagi setelah sekian pekan aku tak pernah bahkan menjauh dari hidupku, sengaja dijauhi dari hidupku oleh teman-temanku tapi bukan teman, ah sudahlah, kalau sentimen pribadi sudah bercampur, aku takut. Sementara aku bukan siapa-siapa, hanya apalah-apalah. 

Sungguh luar biasa, aku sukaaaak, karena bertabur puisi ibdah yang diksinya belum pernah kutemui, kosa kataku bertambah lagi. Bunga-bunga bahasa yang penuh makna namun halus dan mengena. Diksi dan Seni Bahasa, tema materi kali ini, benar-benar sesuai dan tepat sekali. Langsung diimplementasikan, sehingga mencapai tujuannya. Dua unsur tersebut menambah rasa dalam karya, rasa keindahan, mempertajam gambaran pikiran dan perasaan, serta memperjelas makna dalam karangan. Terima kasih Ibu Maydearly, narasumber yang hebat dan sangat berbakat. Kolaborasi yang kurasakan malam ini luar biasa, cocok sekali dengan moderatornya, Ibu Widya Arema, puisi-puisi mereka berdua tiada tanding tiada banding pokoknya mah. Keren, semangat terus buat Anda berdua. Nanti aku salin ah puisinya, sebagai pengingat agar puisiku harus lebih bagus dari mereka, karena aku sudah dapat ilmunya, semangaaattttt!!! 

Banyak ilmu yang kudapat dari Mabak May, di antaranya yaitu :

Pengertian Diksi

Diksi akar katanya dari bahasa Latin : Dictionem. Kemudian diserap ke dalam bahasa Inggris menjadi 'Diction'. Kata kerja ini berarti pilihan kata yaitu pilihan kata untuk menuliskan sesuatu secara ekspresif, sehinga tulisan tersebut memiliki ruh dan karakter yang kuat, mampu menggetarkan akat mempermainkan pembacanya. Tepat sekali ! Aku setuju ! karena saat membaca puisi-puisi itu peerasaanku diaduk-aduk, puisinya kekinian tapi maknanya dalam. Dalam sejarah bahasa, Aristoteles-filsuf dan ilmuwan Yunani inilah yang memperkenalkan diksi sebagai sarana menulis indah dan berbobot. Gagasannya ia sebut diksi puitis yang ia tulis dalam Poetics (puisi)-salah satu karyanya. Sseorang akan mampu menulis indah, khususnya puisi, harus memiliki kekayaan yang melimpah : diksi puitis. Gagasan Aristoteles dikembangkan fungsinya, bahwa diksi tidak hanya diperlukan bagi penyair menulis puisi, tapi juga bagi para sastrawan yang menulis prosa dengan berbagai genre-nya. Lanjut beliau menyampaikan materinya lagi, William Shakespeare dikenal sebagai sastrawan yang sangan piawai dalam menyajikan diksi melalui naskah drama. Ia menjadi mahaguru bagi siapa saja yang berminat menuliskan romantisme dipadukan tragedi. Diksi Shakespeare relevan untuk menulis karya yang bersifat realita maupun metafora. Gaya penyajiannya sangat komunikatif, tak lekang digilas zaman. Diksi sangat penting dalam kajian sebuah bahasa karena banyak keindahan atas sebuah kata yang tak tereja oleh bibir. Diksi bak pijar bintang di angkasa yang menunjukkan dirinya dengan kilauan, mempesona dan tak membosankan. Memberi materi saja kata-katanya seperti berpuisi, jadi saru mana materi mana puisi, hihihihi. Mbak May iniii, ikut dooonggg❤

Lima Tips Jitu dalam Mengembangkan Diksi yang Menarik :

1. Sense of touch, adalah menulis dengan melibatkan indera peraba. Indera peraba dapat digunakan untuk memperinci dengan apik tekstur permukaan benda, atau apapun. Penggunaan indera peraba ini sangat cocok untuk menggambarkan detail suatu permukaan, gesekan, tentang apa yang kita rasakan dalam kulit. Aplikasi indera peraba ini juga sangat tepat digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang tidak terlihat, seperti angin misalnya. atau cocok juga diterapkan untuk sesuatu yang kita rasakan dengan menyentuhnya. Contoh : Pada pori-pori angin yang dingin, aku pernah mengeja rindu yang datang tanpa permisi.

2. Sense of smell, adalah menulis dengan indera penciuman. Hal ini akan membuat tulisan kita lebih beraroma. teknik ini akan lebih dahsyat jika dipadukan dengan indera penglihatan. Contoh : Di kepalaku wajahmu masih menjadi prasasti, dan aroma badanmu selalu kugantungkan di langit harapan. 

3. Sense of taste, adalah menulis dengan melibatkan indera perasa. Merasakan setiap energi yang ada di sekitar kita. Penggunaan indera perasa sangat ampuh untuk menggambarkan rasa suatu makanan, atau sesuatu yang tercecap di lidah. Contoh : Ku kecup rasa pekat secangkir kopi di tangan kananku, sembari kugenggam HP tangan kiriku. telah terkubur dengan  bijaksana, dirimu beserta centang biru, diriku bersama centang satu. WA an sambil ngopi ya Mbak ? Hehehe 

4. Sense of sight, adalah menulis dengan melibatkan indera penglihatan memiliki prinsip'show, don't tell'. Selalu ingat dalam menulis, cobalah menunjukkan kepada pembaca (dan tidak sekedar menceritakan semata). Buatlah pembaca seolah-olah bisa 'melihat' apa yang tengah kita ceritakan. Buat mereka seolah-olah bisa menonton dan membayangkannya. Prinsip utama dan manjur dalam hal ini adalah DETAIL. Tulislah apa warnanya, bagaimana bentukny, ukurannya, umurnya, kondisinya. Contoh : Derit daun pintu mencekik udara di tengah keheningan, membuatku tersadar jika kamu hanya sebagai lamunan. 

5. Sense of hearing, adalah menulis dengan melibatkan energi yang kita dengar. Begitu banyak suara di sekitar kita. Belajarlah untuk menangkapnya. Bagaimana ? Dengarlah, lalu tuliskan. Mungkin, inilah sebabnya mengapa banyak penulis sukses yang kadang menanti hening untuk menulis. Bisa jadi mereka ingin menyimak suara-suara. Sebuah tulisan yang ditulis dengan indera pendengaran akan terasa lebih berbunyi, lebih bersuara. Selain itu, penulis juga bisa berkreasi dengan membuat hal-hal yang biasanya tak terdengar menjadi terdengar.    

Terkadang banyak penulis yang merasa takut dalam memulai sebuah tulisan, terkadang lidah kita merasa kelu untuk menulis sesuatu yang menakjubkan. Ada keraguan yang dibungkam sebelum diterjemahkan dalam bahasa. Termasuk aku salah satunya. Karena terbatasnya kekayaan kosa kata.

Aku senang sekali, banyak ilmu yang kudapat malam ini. Dan seperti biasa, teman-teman KBMN Gelombang 28 selalu antusias, haus ilmu dan semangat. Semoga aku bisa mengaplikasikannya dalam tulisan-tulisanku nanti. Aamiin. Terima kasih KBMN.



Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

MENULIS BIOGRAFI

MARI BERPUISI